Penulis : Emi Rusmiati
Indonesia
merupakan Negara kepulauan yang memiliki keragaman bentuk muka bumi, baik di
daratan, maupun dasar laut. Setiap wilayah memiliki
kondisi geografis dan penduduk yang berbeda. Setiap wilayah memiliki ciri khas
tersendiri.
Kondisi penduduk tidak lepas dari
kondisi geografis suatu wilayah. Mungkin kalian akan melihat adanya perbedaan
mata pencaharian penduduk di daerah pantai dengan daerah pegunungan. Penduduk
di daerah pantai banyak yang bekerja sebagai nelayan, sedangkan penduduk di
daerah dataran tinggi atau pegunungan umumnya bekerja sebagai petani.
Wilayah Indonesia terbentang dari Sabang di barat sampai
Merauke di timur, dari Pulau We di utara sampai Pulau Roti di selatan. Sebagai sebuah
negara berdaulat, Indonesia memiliki
penduduk, salah satu syarat berdirinya sebuah negara. Dengan jumlah penduduk
241.973.880 jiwa pada tahun 2005, Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penduduk terbesar kelima di dunia. Penduduk Indonesia memiliki keunikan tersendiri karena
terdiri atas berbagai suku, bahasa, agama, dan budaya.
Kondisi penduduk dapat ditinjau dari segi ekonomi dan
kebudayaannya.
a.
Kondisi Ekonomi
Dari segi
ekonomi, kondisi penduduk berkaitan erat dengan kondisi geografis tempat
penduduk itu berada. Dalam usaha memenuhi kebutuhannya, penduduk berusaha
beradaptasi dengan lingkungannya dan memanfaatkan lingkungannya.
Contoh
penduduk beradaptasi dengan lingkungannya ialah jika dia tinggal di desa,
kegiatan ekonomi yang dapat dilakukannya berkaitan dengan kegiatan agraris,
seperti bertani dan berladang atau beternak. Jika dia tinggal di kota, kegiatan ekonomi yang dapat
dilakukannya ialah berdagang atau bekerja di kantor atau pabrik.
Contoh
penduduk memanfaatkan lingkungannya ialah jika dia berada di daerah dataran
rendah, kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan antara lain kegiatan pertanian
yang menghasilkan tanaman pangan dan tanaman komoditas. Penduduk yang berada di daerah pegunungan akan
berusaha di bidang perkebunan dan kehutanan, pertanian hortikultura, dan
industri pariwisata alam pegunungan. Penduduk yang berada di daerah pantai akan
memanfaatkan lingkungannya untuk usaha perikanan dan wisata pantai. Penduduk
yang tinggal di daerah pedalaman akan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya
antara lain dengan berburu dan meramu sumber daya alam yang tersedia di
lingkungannya.
b.
Kondisi Kebudayaan
Kebudayaan
merupakan hasil olah pikir manusia, baik yang bersifat abstrak maupun konkret.
Dengan demikian, ruang lingkup kebudayaan sangat luas. Hasil kebudayaan tampak
dalam bidang pemerintahan, hukum, adat-istiadat, agama, kesenian, bahasa,
gagasan, ide, bentuk rumah, dan lain-lain. Dengan jumlah suku kurang lebih 370
suku bangsa, Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber
daya budaya. Setiap suku mempunyai hasil kebudayaan tersendiri.
Apa
kaitannya antara kebudayaan dan kondisi geografis?
Ingatlah
bahwa manusia selalu berusaha beradaptasi atau memanfaatkan lingkungannya untuk
mempertahankan hidupnya. Penduduk yang menempati suatu wilayah akan terpengaruh
dengan keadaan geografis wilayah tersebut.
Contohnya,
rumah adat sebagai hasil budaya. Di daerah yang memiliki hutan lebat dan banyak
binatang buas, atau daerah berawa-rawa, bentuk rumahnya ialah rumah panggung.
Bandingkanlah
cara berpakaian penduduk yang tinggal di pegunungan dan penduduk yang tinggal
di tepi pantai. Penduduk daerah mana yang pakaiannya terbuat dari bahan yang
relatif lebih tebal? Demikian juga dengan mata pencaharian penduduk. Misalnya,
mereka yang tinggal di tepi pantai kebanyakan akan bekerja sebagai nelayan.
Bagaimana Bentang Alam mempengaruhi Ekonomi dan Budaya masyarakat
yang ada di sekitarnya?
Bentang alam membentuk suatu kondisi biofisik yang mempengaruhi
pola hidup penduduknya. Pengaruh bentang alam tersebut antara lain terwujud
dalam kondisi perekonomian, penggunaan lahan, bahkan pola rumah mukim.
a.
Kehidupan di Pegunungan
Kapur
Pegunungan maupun perbukitan
karst (Conical Hill) terdiri atas bukit-bukit batu gamping yang berbentuk
membulat dan kerucut. Antara bukit-bukit tersebut terdapat lembah-lembah yang
relatif sempit yang dikenal dengan dolina, yang dapat juga terisi air hingga
membentuk telaga atau danau kecil. Kondisi seperti ini mempengaruhi persebaran
permukiman.
Apabila dilihat secara makro
permukiman yang terbentuk mempunyai pola tersebar. Jarak antar permukiman
relatif jauh, demikian juga jarak antar rumah satu dengan rumah yang lain. Akan
tetapi, ada tempat-tempat yang terdapat sumber air, jarak antar rumah relative
dekat, dan membentuk persebaran rumah yang mengelilingi sumber air, baik telaga atau air tanah yang
berupa sumur maupun sungai bawah tanah. Jadi secara umum pemukiman penduduk di
daerah ini berbentuk memusat (agglomerated rural settlement).
Pada umumnya mata
pencaharian penduduk sangat terkait dengan kondisi lahan yang sebagian besar
berupa lahan kering. Contohnya petani di lahan kering. Ketersediaan air di
pegunungan kapur dapat terdeteksi dari pola pengalirannya. Air hujan yang jatuh
ke permukaan Bumi meresap ke dalam tanah dan melarutkan batuan-batuan yang
dilaluinya. Proses inilah yang akhirnya membentuk gua dan sungai bawah tanah.
Keberadaan sungai bawah tanah otomatis akan mengurangi aliran permukaan.
Akibatnya, wilayah pegunungan kapur tampak kering. Sementara itu, untuk
mengambil air dari sungai bawah tanah umumnya sulit karena kedalaman sungai.
Kurangnya ketersediaan air tersebut membuat wilayah ini kering, penggunaan
lahannya pun menjadi terbatas. Kegiatan pertanian juga tidak berkembang karena
pada umumnya pengairan hanya mengandalkan hujan.
b. Kehidupan di Dataran Rendah
Pada umumnya dataran rendah
di Indonesiamerupakan dataran
hasil endapan oleh air atau sering disebut dataran aluvial. Biasanya dataran
aluvial mempunyai tanah yang subur dan sangat baik untuk daerah pertanian,
permukiman, atau juga untuk industri. Hal ini didukung dengan ketersediaan air
di dataran rendah yang umumnya melimpah karena endapan aluvium yang ada mampu
menyerap dan menahan air di dalamnya. Bentang alam ini pada umumnya mempunyai
udara yang panas. Akibatnya, bentuk rumah di daerah ini memiliki ventilasi yang
lebar dan banyak sehingga memudahkan sirkulasi udara. Jenis pakaian juga
dipilih dari kain yang relatif tipis dan menghindari pakaian dari bahan yang
tebal.
Wilayah dataran rendah pada
umumnya tanah relatif luas. Akibatnya, sarana dan prasarana mudah dibangun,
tanahnya relatif subur, dan mempunyai cadangan air yang cukup banyak. Semua itu
mendukung pertumbuhan daerah dataran rendah menjadi sebuah kota. Selain itu,
juga mengakibatkan mata pencaharian penduduk yang bervariasi.
c.
Kehidupan di Pegunungan dan igir (Ridge)
Pegunungan
merupakan rangkaian gunung yang terdiri atas puncak dan punggung gunung yang
dipisahkan oleh lembah. Di sepanjang lembah inilah awal berkembangnya permukiman
yang kemudian membentuk pola memanjang di jalur lembah. Terjadinya pola
permukiman memanjang dipengaruhi oleh faktor
kesuburan tanah dan ketersediaan air. Saat ini, permukiman tidak hanya di
sepanjang lembah, tetapi meluas di lereng yang aman dengan pola menyebar.
Kondisi sosial ekonomi di wilayah ini lebih beragam daripada di pegunungan
kapur. Perwujudan penggunaan lahan juga beragam, tidak hanya berupa pertanian
lahan kering. Pertanian dengan irigasi banyak terdapat di pinggiran sungai di
wilayah lembah atau di lereng punggung gunung. Sistem pertanian terasering
banyak diterapkan di pegunungan.
d. Kehidupan di Pesisir
Sebagai kawasan yang dikenal dengan negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak potensi keindahan alam
pantai yang menakjubkan. Keindahan tersebut merupakan paduan dari hamparan biru
laut yang luas dan daerah pantai sepanjang tepi pulau. Daerah pantai sering
dijadikan sebagai tempat melepas lelah, menghilangkan stres, bermain, dan
berlibur. Tidak heran banyak daerah pantai berkembang menjadi objek wisata.
Genangan
air laut terhadap daratan pantai yang terus berubah, memungkinkan pemilahan
zona bagi pesisir. Perubahan daratan pantai dipengaruhi oleh pola pergerakan
pasang surut air laut. Perubahan ini mempengaruhi ketersediaan sumber daya kawasan
pesisir. Mata pencaharian penduduk yang khas di kawasan pesisir adalah nelayan.
Namun, masih banyak jenis mata pencaharian yang lain seperti petambak,
pembudidayaan rumput laut dan karang mutiara, serta pelaut. Kemudahan hubungan
dan akses yang terbuka dengan luar daerah menjadikan wilayah pesisir cepat
berkembang. Pelabuhan, lokasi industri, dan kota juga mudah berkembang di
wilayah pesisir.
Sumber :
Daljoeni,
N. 1982. Pengantar Geografi. Bandung:
PT Alumni.
Sumaatmadja, Nursid. 1998. Study Geografi Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar