Rabu, 15 Januari 2014

Pengaruh Bentang Alam terhadap Ekonomi dan Budaya Masyarakat

Penulis : Emi Rusmiati

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki keragaman bentuk muka bumi, baik di daratan, maupun dasar laut. Setiap wilayah memiliki kondisi geografis dan penduduk yang berbeda. Setiap wilayah memiliki ciri khas tersendiri.
Kondisi penduduk tidak lepas dari kondisi geografis suatu wilayah. Mungkin kalian akan melihat adanya perbedaan mata pencaharian penduduk di daerah pantai dengan daerah pegunungan. Penduduk di daerah pantai banyak yang bekerja sebagai nelayan, sedangkan penduduk di daerah dataran tinggi atau pegunungan umumnya bekerja sebagai petani.
Wilayah Indonesia terbentang dari Sabang di barat sampai Merauke di timur, dari Pulau We di utara sampai Pulau Roti di selatan. Sebagai sebuah negara berdaulat, Indonesia memiliki penduduk, salah satu syarat berdirinya sebuah negara. Dengan jumlah penduduk 241.973.880 jiwa pada tahun 2005, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar kelima di dunia. Penduduk Indonesia memiliki keunikan tersendiri karena terdiri atas berbagai suku, bahasa, agama, dan budaya.
Kondisi penduduk dapat ditinjau dari segi ekonomi dan kebudayaannya.
a.      Kondisi Ekonomi
Dari segi ekonomi, kondisi penduduk berkaitan erat dengan kondisi geografis tempat penduduk itu berada. Dalam usaha memenuhi kebutuhannya, penduduk berusaha beradaptasi dengan lingkungannya dan memanfaatkan lingkungannya.
Contoh penduduk beradaptasi dengan lingkungannya ialah jika dia tinggal di desa, kegiatan ekonomi yang dapat dilakukannya berkaitan dengan kegiatan agraris, seperti bertani dan berladang atau beternak. Jika dia tinggal di kota, kegiatan ekonomi yang dapat dilakukannya ialah berdagang atau bekerja di kantor atau pabrik.
Contoh penduduk memanfaatkan lingkungannya ialah jika dia berada di daerah dataran rendah, kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan antara lain kegiatan pertanian yang menghasilkan tanaman pangan dan tanaman komoditas. Penduduk yang berada di daerah pegunungan akan berusaha di bidang perkebunan dan kehutanan, pertanian hortikultura, dan industri pariwisata alam pegunungan. Penduduk yang berada di daerah pantai akan memanfaatkan lingkungannya untuk usaha perikanan dan wisata pantai. Penduduk yang tinggal di daerah pedalaman akan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya antara lain dengan berburu dan meramu sumber daya alam yang tersedia di lingkungannya.
b.      Kondisi Kebudayaan
Kebudayaan merupakan hasil olah pikir manusia, baik yang bersifat abstrak maupun konkret. Dengan demikian, ruang lingkup kebudayaan sangat luas. Hasil kebudayaan tampak dalam bidang pemerintahan, hukum, adat-istiadat, agama, kesenian, bahasa, gagasan, ide, bentuk rumah, dan lain-lain. Dengan jumlah suku kurang lebih 370 suku bangsa, Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya budaya. Setiap suku mempunyai hasil kebudayaan tersendiri.
Apa kaitannya antara kebudayaan dan kondisi geografis?
Ingatlah bahwa manusia selalu berusaha beradaptasi atau memanfaatkan lingkungannya untuk mempertahankan hidupnya. Penduduk yang menempati suatu wilayah akan terpengaruh dengan keadaan geografis wilayah tersebut.
Contohnya, rumah adat sebagai hasil budaya. Di daerah yang memiliki hutan lebat dan banyak binatang buas, atau daerah berawa-rawa, bentuk rumahnya ialah rumah panggung.
Bandingkanlah cara berpakaian penduduk yang tinggal di pegunungan dan penduduk yang tinggal di tepi pantai. Penduduk daerah mana yang pakaiannya terbuat dari bahan yang relatif lebih tebal? Demikian juga dengan mata pencaharian penduduk. Misalnya, mereka yang tinggal di tepi pantai kebanyakan akan bekerja sebagai nelayan.
Bagaimana Bentang Alam mempengaruhi Ekonomi dan Budaya masyarakat yang ada di sekitarnya?
Bentang alam membentuk suatu kondisi biofisik yang mempengaruhi pola hidup penduduknya. Pengaruh bentang alam tersebut antara lain terwujud dalam kondisi perekonomian, penggunaan lahan, bahkan pola rumah mukim.
a.       Kehidupan di Pegunungan Kapur
Pegunungan maupun perbukitan karst (Conical Hill) terdiri atas bukit-bukit batu gamping yang berbentuk membulat dan kerucut. Antara bukit-bukit tersebut terdapat lembah-lembah yang relatif sempit yang dikenal dengan dolina, yang dapat juga terisi air hingga membentuk telaga atau danau kecil. Kondisi seperti ini mempengaruhi persebaran permukiman.
Apabila dilihat secara makro permukiman yang terbentuk mempunyai pola tersebar. Jarak antar permukiman relatif jauh, demikian juga jarak antar rumah satu dengan rumah yang lain. Akan tetapi, ada tempat-tempat yang terdapat sumber air, jarak antar rumah relative dekat, dan membentuk persebaran rumah yang mengelilingi  sumber air, baik telaga atau air tanah yang berupa sumur maupun sungai bawah tanah. Jadi secara umum pemukiman penduduk di daerah ini berbentuk memusat (agglomerated rural settlement).
Pada umumnya mata pencaharian penduduk sangat terkait dengan kondisi lahan yang sebagian besar berupa lahan kering. Contohnya petani di lahan kering. Ketersediaan air di pegunungan kapur dapat terdeteksi dari pola pengalirannya. Air hujan yang jatuh ke permukaan Bumi meresap ke dalam tanah dan melarutkan batuan-batuan yang dilaluinya. Proses inilah yang akhirnya membentuk gua dan sungai bawah tanah. Keberadaan sungai bawah tanah otomatis akan mengurangi aliran permukaan. Akibatnya, wilayah pegunungan kapur tampak kering. Sementara itu, untuk mengambil air dari sungai bawah tanah umumnya sulit karena kedalaman sungai. Kurangnya ketersediaan air tersebut membuat wilayah ini kering, penggunaan lahannya pun menjadi terbatas. Kegiatan pertanian juga tidak berkembang karena pada umumnya pengairan hanya mengandalkan hujan.
b.      Kehidupan di Dataran Rendah
Pada umumnya dataran rendah di Indonesiamerupakan dataran hasil endapan oleh air atau sering disebut dataran aluvial. Biasanya dataran aluvial mempunyai tanah yang subur dan sangat baik untuk daerah pertanian, permukiman, atau juga untuk industri. Hal ini didukung dengan ketersediaan air di dataran rendah yang umumnya melimpah karena endapan aluvium yang ada mampu menyerap dan menahan air di dalamnya. Bentang alam ini pada umumnya mempunyai udara yang panas. Akibatnya, bentuk rumah di daerah ini memiliki ventilasi yang lebar dan banyak sehingga memudahkan sirkulasi udara. Jenis pakaian juga dipilih dari kain yang relatif tipis dan menghindari pakaian dari bahan yang tebal.
Wilayah dataran rendah pada umumnya tanah relatif luas. Akibatnya, sarana dan prasarana mudah dibangun, tanahnya relatif subur, dan mempunyai cadangan air yang cukup banyak. Semua itu mendukung pertumbuhan daerah dataran rendah menjadi sebuah kota. Selain itu, juga mengakibatkan mata pencaharian penduduk yang bervariasi.
c.       Kehidupan di Pegunungan dan igir (Ridge)
Pegunungan merupakan rangkaian gunung yang terdiri atas puncak dan punggung gunung yang dipisahkan oleh lembah. Di sepanjang lembah inilah awal berkembangnya permukiman yang kemudian membentuk pola memanjang di jalur lembah. Terjadinya pola permukiman memanjang dipengaruhi oleh faktor kesuburan tanah dan ketersediaan air. Saat ini, permukiman tidak hanya di sepanjang lembah, tetapi meluas di lereng yang aman dengan pola menyebar. Kondisi sosial ekonomi di wilayah ini lebih beragam daripada di pegunungan kapur. Perwujudan penggunaan lahan juga beragam, tidak hanya berupa pertanian lahan kering. Pertanian dengan irigasi banyak terdapat di pinggiran sungai di wilayah lembah atau di lereng punggung gunung. Sistem pertanian terasering banyak diterapkan di pegunungan.
d.      Kehidupan di Pesisir
Sebagai kawasan yang dikenal dengan negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak potensi keindahan alam pantai yang menakjubkan. Keindahan tersebut merupakan paduan dari hamparan biru laut yang luas dan daerah pantai sepanjang tepi pulau. Daerah pantai sering dijadikan sebagai tempat melepas lelah, menghilangkan stres, bermain, dan berlibur. Tidak heran banyak daerah pantai berkembang menjadi objek wisata.
Genangan air laut terhadap daratan pantai yang terus berubah, memungkinkan pemilahan zona bagi pesisir. Perubahan daratan pantai dipengaruhi oleh pola pergerakan pasang surut air laut. Perubahan ini mempengaruhi ketersediaan sumber daya kawasan pesisir. Mata pencaharian penduduk yang khas di kawasan pesisir adalah nelayan. Namun, masih banyak jenis mata pencaharian yang lain seperti petambak, pembudidayaan rumput laut dan karang mutiara, serta pelaut. Kemudahan hubungan dan akses yang terbuka dengan luar daerah menjadikan wilayah pesisir cepat berkembang. Pelabuhan, lokasi industri, dan kota juga mudah berkembang di wilayah pesisir.

Sumber :
Daljoeni, N. 1982. Pengantar Geografi. Bandung: PT Alumni.
Sumaatmadja, Nursid. 1998. Study Geografi Pendekatan dan Analisa Keruangan.  Bandung : Alumni


Tidak ada komentar:

Posting Komentar